
Bagi petani, arti kemerdekaan kini semakin terasa. Mereka tidak hanya terbebas dari harga panen yang merugikan, tetapi juga lebih mudah mengakses pupuk bersubsidi, alat dan mesin pertanian ( alsintan ), hingga irigasi yang menunjang produktivitas.
Setidaknya, mengelola tanaman pangan menjadi lebih baik itu, dirasakan oleh Jarwanto, petani asal Desa Manggis, Kabupaten Boyolali. "Pada awal 2025, saya masih menghadapi harga gabah Rp6.000/kg atau di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," tuturnya kepada tim Kementan.
Bahkan ketika Presiden Prabowo Subianto belum menerbitkan Instruksi Presiden ( Inpres ) 6/2025, dia mengakui masih mengalami masa sulit, karena harga gabah panen raya hanya dihargai Rp4.500/kg
" Tetapi situasi menjadi berubah, usai keluar Inpres 6/2025 tentang pengadaan dan pengelolaan gabah/beras dalam negeri. Sekarang ini
harga gabah basah sudah bisa Rp7.500/kg," sergah Jarwanto
Harga itunjauh dari HPP gabah pemerintah yang Rp 6500. Jadi situasinya kini sangat meenguntungkan petani. " Saya merasakan benar perhatian Pak Presiden dan Pak Menteri Amran yang pro petani,” sambung dia.
Begitu halnya, stabilitas harga juga dirasakan pada komoditas jagung. Jika sebelumnya harga standar hanya Rp5.500/kg, kini bisa mencapai Rp5.800/kg. Kenaikan itu membuat petani lebih bersemangat dan optimis.
Humas Kementan RI dalam penjelasan reani yang diterima Media Indonesia di Solo, Senin petang (18/8/2025), menyebutkan, bahwa selain harga, pemerintah juga memperkuat dukungan dengan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) serta pupuk bersubsidi.
Dalam kaitan mengelola tanaman pangan padi, kalau dulu satu hektare hanya bisa panen lima–enam ton, sekarang bisa tujuh ton karena pompa air, kultivator, dan saluran irigasi semakin baik.
Kebijakan pro petani ini juga dirasakan jauh di ujung timur Indonesia. Margo, petani di Kabupaten Merauke, bersama kelompoknya mengelola 183 hektare lahan yang ditanami padi dan jagung.
Mereka mendapat bantuan traktor besar, traktor kecil, hand tractor, hingga pompa air, yang memudahkan pengolahan lahan. " Kami juga melakukan penangkaran benih Inpari 32 agar kebutuhan anggota kelompok tercukupi. Rata-rata hasil panen kami mencapai 4–5 ton per hektare,” ujar Margo.
Meski curah hujan tinggi masih menjadi tantangan karena membuat padi rebah, Margo tetap optimistis. Baginya, perhatian pemerintah sudah sangat terasa, terutama dalam hal pembiayaan dan percepatan tanam.
“Ke depan, kami berharap dukungan untuk jalan tani dan irigasi diperkuat lagi. Itu yang paling dibutuhkan agar hasil bisa lebih maksimal,” tambahnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada banyak kesempatan sering mengatakan kebijakan pemerintah seperti penyesuaian harga gabah, kemudahan akses pupuk bersubsidi, bantuan alat dan mesin pertanian, hingga kebijakan dan bantuan lainnya dalam pertanian akan terus dijalankan.
Hal itu sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap sektor pangan dan para petani khususnya, sebagai bentuk dukungan nyata mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
"Momentum HUT ke-80 RI kita jadikan lompatan besar menuju swasembada pangan," pungkas Mentan Amran. (H-1)