
AMLODIPIN, salah satu obat yang umum diresepkan untuk mengontrol tekanan darah tinggi, kini disorot karena efek samping berupa pembengkakan pada kaki, khususnya di pergelangan. Menurut Dr. dr. Vito Anggarino Damay, SpJP(K), M.Kes, AIFO-K, kondisi ini terjadi akibat mekanisme kerja obat yang melebarkan pembuluh darah.
Pelebaran pembuluh mengurangi aliran darah balik ke jantung dan memicu perembesan cairan ke jaringan kaki, sehingga timbul pembengkakan. Meski demikian, Amlodipin tetap dianggap efektif, terutama pada pasien lansia atau yang memiliki pembuluh darah kaku.
“Obat ini tidak buruk, hanya perlu disesuaikan dengan kondisi fisik pasien,” tegas Dr. Vito.
Sebagai alternatif, ia merekomendasikan Candesartan, obat golongan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) yang bekerja dengan menghambat hormon angiotensin II. Berbeda dari Amlodipin, Candesartan tidak menyebabkan pelebaran pembuluh yang ekstrem, sehingga lebih kecil kemungkinan menimbulkan edema kaki.
Namun, Dr. Vito menekankan bahwa pilihan terapi antihipertensi harus berbasis pada profil kesehatan tiap individu. Candesartan pun bisa menimbulkan efek samping, meski lebih ringan.
Selain pengobatan medis, Dr. Vito menggarisbawahi pentingnya penanganan nonfarmakologis untuk penderita hipertensi ringan atau awal. Perubahan gaya hidup bisa menjadi langkah awal yang signifikan, antara lain:
- Mengurangi asupan garam
- Olahraga rutin minimal 30 menit per hari
- Menjaga berat badan ideal
- Mengelola stres (relaksasi, meditasi)
- Tidur cukup dan berkualitas
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
Jika tekanan darah tetap tinggi meski sudah menerapkan gaya hidup sehat, penggunaan obat tetap diperlukan berdasarkan pertimbangan dokter.
Dr. Vito juga mengklarifikasi bahwa pembengkakan kaki akibat Amlodipin sering disalahartikan sebagai gejala varises atau gagal jantung. Padahal, itu adalah respons tubuh terhadap pelebaran pembuluh darah, bukan tanda kerusakan jantung. (akun Instagram @doktervito, Alodokter/Z-10)